Penulisan Biografi Buku R.A.Kartini




Biografi Raden Ajeng Kartini

Identitas buku biografi :
·         Judul Buku                  : [Seri Pahlawan] Raden Ajeng Kartini
·         Pengarang                   : Drs. Mardanas Safwan dan Sutrisno Kutoyo
·         Penerbit                       : Penerbit Mutiara Sumber Widya
·         Kota terbit                   : Jakarta
·         Jumlah halaman           : 58 halaman

Latar Belakang Tokoh :
            R.A. Kartini dilahirkan pada tanggal 21 April 1879 di Mayong, Jepara, Jawa Tengah. Ayah Kartini adalah Bupati Jepara, bernama Raden Mas Adipati Sosroningrat, dan ibunya bernama Ngasirah, putri seorang kiai dari Teluk Amur, Jepara. R.A. Kartini adalah anak kelima dari 11 orang bersaudara (lima orang putri dan enam orang putra). Sewaktu kecil, R.A. Kartini dan saudara-saudara perempuannya memiliki nama panggilan kesayangan dari orang tua mereka. Nama panggilan untuk R.A. Kartini adalah “Nil”, berasal dari kata Trinil, yaitu nama jenis burung yang lincah. R.A. Kartini juga dipanggil “Kerikil”, yaitu si batu kecil. Dinamakan kerikil karena R.A. Kartini memang lincah bergerak seperti batu kerikil.

            Pada umur tujuh tahun R.A. Kartini mulai bersekolah. Ia menjadi murid di Sekolah Kelas Dua Belanda di kota Jepara. Bahasa pengantar di sekolah itu menggunakan bahasa Belanda. Hanya anak-anak keluarga pegawai dan bangsawan yang diterima di sekolah itu. Pada suatu hari, seorang sahabatnya, gadis kecil bangsa Belanda, bernama Lesty menanyakan cita-cita Kartini. Rupanya pernyataan itu mempunyai kesan yang kuat kepadanya. Karena pertanyaan Lesty itulah ia mulai memikirkan nasib kaum wanita di kemudian hari. Pada saat R.A. Kartini berumur 12 tahun, ia sudah lulus sekolah dan ia terpaksa meninggalkan masa kanak-kanak yang bebas dan riang gembira itu karena harus menjalani tradisi adat lama yang disebut dengan pingitan.

            R.A. Kartini itu pintar dan suka belajar. Ia haus akan pengetahuan. Namun, karena adat lama, ia harus berhenti berskolah. Meskipun demikian, ia tidak berputus asa dan tetap ingin menambah pengetahuan seperti teman-temannya bangsa Belanda. Pernah sekali Kartini bertanya kepada ayahnya, “Bapak, apakah Kartini boleh melanjutkan sekolah? Teman-teman Kartini bangsa Belanda semua meneruskan sekolah. Mengapa Kartini harus cepat-cepat diam di rumah?”. Dalam hati kecil, ayahnya membenarkan keinginan R.A. Kartini. Tetapi, sebagai seorang bangsawan yang terikat pada adat, adat tidak mengizinkan seorang gadis bertindak bebas. Terhadap putranya yang laki-laki, ayah Kartini telah bepikiran sangat maju. Seorang kakak laki-laki Kartini yang bernama Sosrokartono sudah belajar di Sekolah Menengah dan kemudian disekolahkan di Negeri Belanda. Namun, terhadap anak gadisnya, ia belum berani melanggar adat dan dengan berat hati, ayah Kartini menolak permintaan anak-anaknya untuk melanjutkan sekolah.

            Tidak mudah bagi Kartini hidup dalam pingitan. Ia merasakan seperti ada dalam kurungan. Seperti burung dalam sangkar emas. Pada saat Kartini menceritakan cita-citanya kepada kakaknya, Sosrokartono. Sosrokartono tidak pernah mengatakan secara terus terang bahwa ia setuju dengan cita-cita adiknya. Namun, dari tindakannya memberikan buku-buku untuk menambah pengetahuan Kartini, kelihatan bahwa ia membantu cita-cita Kartini. Kartini pun mulai menulis surat. Keinginan Kartini untuk memperjuangkan keadilan untuk perempuan semakin menjadi-jadi akibat banyaknya saudara-saudara yang menentang cita-citanya. Kartini memang tidak setuju dengan pendapat saudara-saudaranya. Tapi, Kartini tidak pernah membantah mereka. Beberapa tahun kemudian, Kartini mendapatkan kebahagiaan baru. Adiknya, Rukmini dan Kardinah sudah cukup umur pula untuk dipingit. Kartini mendapatkan teman baru dalam hidupnya mereka hanya saudaranya sendiri, dan hubungan antara mereka sangatlah dekat.

            Pada waktu Kartini berumur 16 tahun, kakak perempuannya R.A. Sulastri, menikah. Sejak itu, Kartini menjadi anak tertua di rumah dan mulai mengubah suasana Jepara menjadi baru. Pergaulan dengan adik-adiknya yang selama ini kaku, mulai diubah oleh Kartini. Adik-adiknya tak perlu lagi menyembah kepadanya bila hendak bertemu dan bercakap-cakap. Dan pada tahun 1898, R.A. Kartini bersama denga kedua adik perempuannya dibebaskan dari pingitan oleh orang tuanya. Hal seperti ini tidak akan dialami oleh gadis-gadis lain, apalagi gadis bangsawan. Tindakan keluarga Kartini ini menjadi pembicaraan di kalangan bangsawan. Ada yang mencela, dan banyak pula yang mensetujui. Namun, walaupun sudah dibebaskan dari pingitannya, ia belum diizinkan untuk melanjutkan pelajaran. 

Semangat hidup / upaya kerja keras :
·         Perjuangan R.A. Kartini dalam Mencapai Emansipasi Wanita
Kedudukan wanita Indonesia pada zaman R.A. Kartini sangat terbelakang. Mereka hanya mempunyai kewajiban tanpa disertai hak. Wanita Indonesia waktu itu hanya mengurus rumah tangga dana anak-anak. Mereka diwajibkan patuh pada laki-laki. Gadis-gadis Indonesia dilarang keluar rumah setelah mereka berumu 12 tahun. Mereka dipingit dari umur 12 sampai 16 tahun. Sangat sedikit pula kaum wanita yang pandai berbahasa Indonesia (Melayu) dan bahasa asing. Keadaan seperti ini diterima oleh wanita Indonesia sebagai sesuatu yang wajar. Akan tetapi R.A. Kartini tidak dapt menerima keadaan serupa. Jiwanya ingin bebas. Ia tidak mau di kekang. Kartini juga berkehendak agar wanita bebas dalam memilih jodoh. Mereka harus berdiri sendiri dan tidak di paksa-paksa.

Jalan yang akan ditempuh oleh Kartini sangat sukar. Kemerdekaan wanita Indonesia adalah suatu perjuangan yang sulit. Wanita harus mempunyai kemauan yang keras untuk mencapai cita-citanya. Kepada wanita hendaknya ditanamkan kesadaran bahwa perempuan itu juga pembawa kebenaran. R.A. Kartini juga meminta bantuan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk memberikan bantuan. Pemerintah diminta agar mendirikan asrama bagi anak-anak Indonesia yang sedang menuntut pendidikan. Paling tidak menunjukkan jalan bagaimana cara yang sebaik-baiknya. Kartini juga mengharapkan bantuan wanita negara-negara lain, khususnya Eropa, untuk memberikan kesempatan untuk mempelajari berbagai ilmu supaya dapat berbuat jasa untuk masyarakat. R.A. Kartini juga banyak belajar dari pengalaman dan buku bacaan. Dari semua pengalaman dan bacaannya itu, R.A. Kartini sampai kepada kesimpulan bahwa Tuhan menjadikan pria dan wanita sebagai makhluk yang sama derajatnya, jiwanya, hanya badannya saja yang berlainan. Dan karena itu, kedudukannya juga tidak dapat di beda-bedakan.

·         Perjuangan R.A. Kartini dalam Bidang Pendidikan

Pemerintah Hindia Belanda sangat kurang menyediakan pendidikan untuk rakyat Indonesia. Bagaimana ibu-ibu pada umumnya pada tahun 1903 dapat mendidik anak-anaknya kalau dia sendiri tidak berpendidikan. Pendidikan akan membawa pelita pada dunia wanita Indonesia yang masih hidup dalam dunia kegelapan. R.A. Kartini bercita-cita menjadi guru untuk mendidik bangsa Indonesia untuk mewujudkan cita-citanya. R.A. Kartini berjuang melawan adat lama dan meminta perhatian Hindia Belanda.R.A. Kartini juga ikut memajukan seni ukir di Jepara dan seni batik. Hingga nama R.A. Kartini sebagain pendidik menjadi terkenal. Bukan saja di Indonesia namun juga di lyar negeri.

·         Perjuangan R.A. Kartini dalam Lapangan Kebangsaan

R.A. Kartini adalah seorang keturunan bangsawan Jawa. Walaupun beliau hidup dalam lingkungan bangsawan, dalam kelbunya tetap bersarang jiwa kecintaan terhadap rakyat banyak. R.A. Kartini mengecam pemerintah Hindia Belanda karena tidak boleh mengajarkan bahasa Melayu di sekolah-sekolah. Pemerintah Hindia Belanda takut rakyat Indonesia menjadi cerdas. “Tidak akan ada lagi orang yang mengerjakan sawah karena semua orang telah bersekolah”, kata beberapa pejabat Hindia Belanda.

Kartini juga mengamati kehidupan beragama dalam masyarakat. R.A. Kartini berkeyakinan bahwa Tuhan akan menjadi penolong, pembujuk hati, dan tempat berlindung di dalam kehidupan sekarang dan yang akan datang. Beliau juga menganjurkan agar antar pemeluk agama yang sati dengan yang lainnya aga dapat hidup saling rukun, saling menghargai, dan tidak bertentangan sehingga para pemeluk agama itu dapat hidup berbahagia dan dapat mengamalkan kepercayaannya masing-masing dengan baik.
·         Saat-saat Terakhir Perjuangan R.A. Kartini

Sejak tahun 1903, R.A. Kartini berjuang untuk melanjutkan pendidikan di Negeri Belanda atau Jakarta. Sebelum cita-citanya terlaksana, ia telah mendirikan sekolah untuk anak-anak perempuan (gadis). Permohonan R.A. Kartini untuk melanjutkan pendidikan di Negeri belanda telah dikabulkan oleh pemerintah Hindia Belanda, namun, pada saat itu, R.A. Kartini telah bertunangan dengan Bupati Rembang. Pada tahun 1903 pula, R.A. Kartini menikah dengan Raden Adipati Djojoningrat. R.A. Kartini menghembuskan nafas penghabisan pada usia 25 tahun pada tanggal 17 September 1904, saat ia melahirkan anaknya yang pertama.


Hal Positif / Menarik yang Dimiliki Tokoh :

1.      Merakyat
Sifat RA Kartini yang tidak senang disembah dan diagungkan selayaknya seorang bangsawan lainnya. Bahkan RA Kartini akan merasa sedih jika ada seorang bangsawan yang menggunakan tingkat kebangsawanannya untuk kepentingan diri sendiri dan merugikan orang lain. Ia tidak ragu untuk bergaul dengan siapa saja tanpa membedakan kasta dan derajat.

2.      Pengasih
Sifat pengasihnya ini selalu ditujukan pada anak-anak didiknya yang merupakan anak perempuan. Ia bahkan pernah mengatakan kepada Nyonya Abendanon kalau ia akan selalu mengasihi anak-anak didiknya itu. 

3.      Menghormati orang tua
Meski Kartini dan orangtuanya berbeda pemikiran tentang pandangan hidup, namun ia tetap menghormati keputusan orangtuanya. Salah satu buktinya adalah saat Kartini menaati permintaan orangtuanya untuk tidak melanjutkan sekolah.
4.      Sederhana dan Rajin
Dengan pandangannya yang tidak memperdulikan status R.A. Kartini mudah bergaul dengan siapa saja dan tetap menjalani hidup sederhana walapun merupakan anak seorang bangsawan. R.A. Kartini juga termasuk sosok yang rajin, walapun dia tidak bersekolah tetapi semangat belajarnya masih tinggi dengan membaca buku dan Koran untuk menambah pengetahuannya.

5.      Selalu Optimis dan Melihat Kedepan
R.A. Kartini tidak pernah berburuk sangka kepada orang lain. Ia juga memikirkan masa depan untuk kaum wanita Indonesia yang pada masa itu belum mendapatkan pengetahuan yang cukup (tidak bersekolah).

6.      Seimbang antara Ilmu Pengetahuan dan Akhlak
Bersamaan dengan keyakinan atas ilmu pengetahuan dan cita-citanya, R.A. Kartini juga berkeyakinan bahwa Tuhan akan menjadi penolong, pembujuk hati, dan tempat berlindung di dalam kehidupan sekarang dan yang akan datang.

7.      Berani
R.A. Kartini tidak pernah takut kepada bangsawan lain yang mengecamnya. Beliau juga tidak takut untuk mengkritik kepada pmerintah Hindia Belanda atas perlakuannya terhadap bangsa Indonesia.

Prestasi / karya yang Dihasilkan :
(Atas jasanya)
1.      Sesudah R.A. Kartini wafat, sekolahnya makin berkembang di seluruh Indonesia.
2.      Pada masa pergerakan nasional, wanita Indonesia juga ikut dalam pergerakan politik.
3.      Sesudah Indonesia merdeka, kaum wanita Indonesai mengalami kemajuan. Mereka ada yang menjadi menteri, duta besar, sarjana, pengusaha, dan pemimpin di berbagai bidang pendidikan serta menjabat sebagai Wakil Presiden.

(Berupa Barang / Peninggalan)
1.      Habis Gelap Terbitlah Terang (buku)
2.      Handschrift (Naskah)
3.      De Batikkunst in Netherlandsch-Indie en hare Geschiedenis (buku) (Seni Batik di Hindia Belanda dan Sejarahnya)
4.     Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya.
5.     Letters from Kartini, An Indonesian Feminist 1900-1904
6.     Panggil Aku Kartini Saja
7.     Aku Mau … Feminisme dan Nasionalisme. (Surat-surat Kartini kepada Stella Zeehandelaar 1899-1903)

Tiga Tokoh yang Memiliki Kemiripan dengan R.A. Kartini
1.      Dewi Sartika
Perempuan kelahiran Bandung ini mempunyai semangat untuk memperjuangkan kalau perempuan juga bisa mendapat kesempatan untuk belajar dan mendapat pengetahuan. Ia mendirikan Saloka Istri pada 1904. Ia mengajarkan dan memberikan pengetahuan kepada para perempuan di sekitar.

2.      Maria Walanda Maramis
Maria Walanda Maramis adalah salah satu tokoh perempuan Indonesia yang sangat memperjuangkan hak perempuan untuk turut bersuara dan berpendapat saat di lembaga pemerintahan. Impiaan utama dari tokoh perempuan asal Sulawesi Utara ini adalah pemberdayaan perempuan baik dalam bidang pendidikan kesehatan dan politik.

3.      Cut Nyak Dien
Cut Nyak Dhien adalah pahlawan perempuan Indonesia yang turut andil memperjuangkan Indonesia mengusir penjajah. Perempuan asal Aceh ini membuktikan bahwa kaum perempuan juga bisa turut serta berjuang melawan penjajahan. Emansipasi wanita sebenarnya sudah terlihat di jaman ini. Bentuk perjuangannya adalah dengan menggunakan senjata melawan penjajah.




           
           

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Praktikum Fisika Pembiasan Cahaya

Perbedaan dan Persamaan Analytical dan Hortatory Exposition

Contoh Paragraf Argumentasi Bahasa Indonesia